Aku mulai merasa
bosan, bosan dengan semua aktivitas yang ku buat sendiri. Kadang ku tak mampu lagi untuk berpikir, bisikan-bisikan kerdil terkadang mampu
menghasut dunia maya yang belum sempat kujelajahi dengan sandiwara tak bermula.
Namun, aku sadar hidup tidak untuk kadang-kadang, tapi untuk selamanya.
Jika aku susuri
lagi mengapa aku bisa sampai disini, disisi yang penuh dengan sandiwara yang tak kan pernah sempurna malah membuatku semakin jatuh, jatuh dalam
lobang yang paling dalam, yang orang pun tak mampu untuk menjamahnya. Aku semakin terpuruk dengan
langkah yang takkan pernah kuhentikan,
mesti aku tak mampu lagi meraba sedikit goresan dipundakku.
Aku mulai goyah,
goyah dengan semua pernak-pernik yang sempat aku susun sendiri. Aku mulai hancur,
hancur dengan secercah kata yang
kulontarkan sendri. Aku mulai hanyut,
hanyut dengan misteri yang aku ciptakan sendiri. Dan aku mulai berpikir, aku
tak mampu lagi untuk membangun kembali
puing-puing yang sempat retak dengan frame tak terbingkai.
Ketika posisiku
mulai tergantikan, ia datang dengan sederhana. Berkata dengan sederhana, menyapa dengan sederhana, berpikir dengan sederhana, hingga iapun pergi
dengan sederhana pula. Namun, aku mencoba untuk bersikap sederhana, hingga aku
menanggapinya dengan sederhana. Ku pikir, semua akan berakhir sederhana juga. Ternyata aku salah, justru tak sesederhana yang aku pikirkan.
Kali ini aku
sadar, pikiran sederhana ku tak mampu lagi
menggantikan semua gambaran yang
pernah ku lukiskan dalam oretan-oretan tanpa tinta. Berulang kali ku singkirkan kata yang
membuatku menjadi rapuh. Ku ciptakan
goresan-goresan tak berujung
yang penuh tanda tanya. Harus ku akui,
dalam hati aku merindunya. Merindu ia yang belum sempat
ku sapa dalam mimpi indahku yang pernah memberikan sebait puisi sederhana
dengan intonasi sederhana.
Andai ku mampu
menutup mata tuk tak pernah
membalas sapa yang tengah membuat
pikiranku terperangah. Tak ku
biarkan bibirku keluh membalas
bait sederhana yang sempat gaduh melawan
rasa yang tengah kupendam. Kututupi
semua asa hingga setanpun tak mampu merayu setiap detik-detik penantianku
hingga Allah mengizinkannya menjadi halal untukku. Aamien,,,,,,
Mira Kaizen
bikin baper ah, tulisannya
ReplyDeletehahaha....tulisan2 jaman dlu mbk..
ReplyDelete